Pilek (snot/coryza):
Penyakit
ini biasanya muncul di peralihan musim. Penyebarannya melalui udara dan
air minum. Meskipun tidak menyebabkan kematian, kondisi ayam menjadi
kurang prima dan bobotnya turun. Penyebab pilek adalah bakteri Haemophillus galinarum.
Gejala
awal ditandai dengan keluarnya ingus encer dari lubang hidung dan
berubah kental kuning dan berbau anyir. Mata tampak sayu dan mengantuk
serta terjadi pembengkakan di sekitar pelupuk mata. Kepala sering
digeleng-gelengkan, gemetar, dan berjalan sempoyongan. Pernapasan
terganggu, sering bersin-bersin, dan terengah-engah seperti tercekik.
Ayam yang sakit tampak pucat, lesu, dan kehilangan nafsu makan meskipun
sering minum.
Pengendalian
dilakukan dengan cara mengarantina ayam sakit sesegera mungkin di
kandang terpisah. Kandang dibersihkan dan di semprot dengan
distinfektan. Setelah itu, kandang dijemur di bawah sinar matahari. Ayam
sakit segera diobati dengan menyuntikkan Sterptomycin 200mg/ekor selama
3 hari berturut-turut. Cara lain dengan memberikan obat, seperti
Erithromycin, Tetrasulfa, dan Neoterrymycin. Dosis pemberian sesuai
dengan petunjuknya. Untuk pencegahan, sebaiknya sejak kecil ayam
disuntik dengan vaksin snot.
2. Tetelo (new castle disease):
Tetelo
biasanya ini muncul dengan tiba-tiba dan menyerang ayam segala umur.
Angka kematian yang ditimbulkannya bisa mencapai 100%. Penyakit ini
mudah menular melalui peralatan kandang serta lantai kandang yang
berdebu, kotor, dan lembap. Sisa pakan atau kotoran yang basah dan
berbau juga menjadi pemicu munculnya penyakit ini.
Tetelo disebabkan oleh serangan Tortor furens,
yang dikenal dengan virus ND. Gejala awal terlihat dari turunnya nafsu
makan dan ayam terlihat lesu. Ayam lebih sering terlihat minum
dibandingkan makan. Kotoran encer dan bewarna hijau keputihan. Tubuhnya
gemetar, limbung,berjalan mundur dan berusaha mematuki ayam lain. Ayam
sering bersin, batuk, dan mengorok pada malam hari. Selanjutnya, sayap
akan terkulai dan terjadi kelumpuhan (paralysis) bahkan leher terputar (torticolis).
Sampai
saat ini, tetelo tidak dapat diobati. Langkah yang harus diambil adalah
menghindari kontak fisik antara ayam sakit dengan ayam sehat.
Pencegahan penularan dilakukan dengan membakar bangkai ayam sakit. Untuk
mencegah terulangnya penyakit ini, sebaiknya sejak kecil ayam
divaksinasi dengan vaksin anti NCD.
3. Berak darah (coccidisis):
Penyakit
ini menyerang alat pencernaan, seperti usus halus dan usus buntu. Berak
darah akan berkembang biak dan merusak sel-sel epitel sehingga
menyebabkan radang pada usus. Lama-kelamaan alat pencernaan akan rusak,
pecah, dan mengeluarkan darah. Penularannya melalui pakan, air minum,
peralatan kandang, kotoran, dan sisa pakan yang membusuk. Lantai kandang
basah juga menjadi penyebab munculnya penyakit ini.
Berak darah disebabkan oleh protozoa Eimeria
sp. Gejalanya antara lain ayam tampak lesu, pucat, mata sayu, tubuh
lemah, dansayap menggantung. Nafsu makannya pun menurun. Selain itu,
bulu terlihat berdiri dan kusam. Dubur basah dan kotor, sedangkan
kotorannya encer, berlendir, bercampur dengan darah, dan berbau
menyengat.
Ayam
sakit segera dipisahkan dan ditempatkan di kandang terpisah. Selain
itu, lalat, tikus, burung gereja, dan ayam lain yang bermain di sekitar
kandang perlu dihindari. Pengobatan dilakukan dengan memberikan obat,
seperti Coccidiostat, Trisulfa Drops, dan Sulfamix. Dosis obat yang di
pakai tercantum pada label kemasan. Setelah sehat, sebaiknya ayam
tersebut tidak dicampur dengan ayam lain terlebih dahulu.
4. Berak kapur (pullorum):
Penularan
penyakit dapat diturunkan induk kepada anaknya sebelum menetas,
sedangkan penularan dari ayam lain melalui melalui kotoran, peralatan,
mesin tetas, dan kontak langsung dengan ayam sakit. Angka kematian
tertinggi terjadi pada anak ayam hingga mencapai 50%. Namun, ayam dewasa
pun bisa terkena serangan penyakit ini.
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
Gejala yang terlihat adalah selera makan turun, bobot terus menyusut,
tubuh lesu, menggigil, lemah, dan mengantuk. Ayam sakit mengalami
mencret-mencret, sedangkan kloaka dan bulu-bulu di sekitarnya basah oleh
kotoran encer bewarna hijau kecokelatan.
Ayam
yang sudah sakit parah sebaiknya dibakar agar tidak menular ke ayam
lain, sedangkan ayam sehat segera dipindahkan ke kandang lain yang sudah
disemprotkan desinfekta. Peralatan kandang sebaiknya disterilkan dan
ayam sehat segera diberi obat, seperti Furozalidone, Sulfonamida,
Cotyvit Powder, dan Sulfamix.
5. CRD (chronic respiratory disease):
Penyakit
pernapasan ini sebenarnya tidak ganas, tetapi bersifat kronis atau
menahun sehingga dapat belangsung hingga berbulan-bulan. Meskipun angka
kematian akibat penyakit ini kecil, tetapi biasanya diikuti oleh
sekunder lain. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan ayam
sakit, pakan, air minum, atau kandang. Penyakit ini mudah mewabah saat
musim hujan.
CRD disebabkan oleh virus PPLO (Pleuro Pnemonia Like Organism).
Gejala yang terlihat adalah lubang hidung mengeluarkan lendir, kental
dan bewarna kuning. Akibatnya, ayam menjadi sulit bernafas dan berbunyi
melengking saat bernafas, bersin-bersin, dan ngorok. Selain itu, muka
tampak bengkak, lesu dan kandang mencret. Selera makan pun turun dan
menyebabkan bobot menyusut drastis.
Ayam
sakit harus dipindahkan ke kandang terpisah. Sanitasi kandang dan
lingkungan harus selalu dijaga. Selain itu, kandang harus selalu
mendapat sinar matahari dan udara segar. Demikian pula tempat pakan dan
minum juga harus selalu dibersihkan. Untuk menambah daya tahan tubuh,
pemberian vitamin perlu ditambahkan pada minumannya. Pengobatan dengan
memberikan obat, seperti Streptomycin, Chlorcyclin, Lincomycin, dan
Tylosin dengan dosis yang telah tertera pada label kemasan.